Connect with us

Akhlak Kolektif

Metrum

Akhlak Kolektif

Perbincangan kecil di Kedai Kake, ikhwal gerakan kultural dan struktural. Bersama para pahlawan literasi Priangan Timur.

DI manakah para pahlawan bermukim, setelah perang merebut kemerdekaan usai? Tanpa bambu runcing, bedil, panser, kapal, dan medan tempur.

Pahlawan tak cuma diakui karena menonjol dan berani. Semestinya disertai dedikasi. Rela berkorban membela kebenaran. Satria tanpa pamrih.

Pahlawan ya pahlawan. Tanpa embel-embel. Berbeda makna bila dikawinkan dengan kata lain. Pahlawan bakiak, berarti kias suami takut istri.

Pahlawan kesiangan lebih dramatis. Telat bangun datang belakangan. Langsung narsis merasa diri. Akulah seorang kapitan. Paling patriotik.

Standar nilai pahlawan tidak mutlak. Tapi relatif. Tergantung sudut pandang. Tidak hitam-putih. Bukan semata protagonis atau antagonis.

Pahlawan bagi seseorang bisa jadi penjahat bagi orang lain. Pun sebaliknya. Pahlawan dan penjahat bisa tercipta kapan saja, di mana saja.

Sekali waktu dielu-elukan, dipuja-puja. Dijaga marwahnya. Roda berputar. Sekali waktu dicaci, dihujat, dijatuhkan derajatnya. Terjungkal.

Birahi kebaikan sudah pailit. Karena nila setitik susu rusak sebelanga. Kelembutan yang sejak lama terpancar, perlahan redup. Lalu gelap.

Kepahlawanan mengalami fluktuasi. Bak nilai rupia yang memuat wajah-wajah pahlawan bangsa. Perlu operasi pasar spiritual. Amat mendesak.

Menyemai saripati spiritual di taman pikiran dan hati setiap orang. Menumbuhkan sikap kepahlawanan menjadi akhlak kolektif bangsa Indonesia.

Menghayati kepahlawanan dalam diri masing-masing. Setiap orang menciptakan kisah, menjadi pahlawan dan berdamai dengan dirinya sendiri.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement
Advertisement WordPress.com
To Top