PENGARUH naiknya harga bakar minyak (BBM) ternyata ampuh. Mengatrol harga-harga komoditas lain. Tetapi tidak bila harga BBM turun. Joko Widodo, Presiden RI 2014-2019, mengikuti rekam jejak SBY. Belum genap dua bulan dinaikkan, harga BBM kembali turun dari Rp 8.500 ke Rp 7.600.
Namun harga-harga lain yang terlanjur sudah naik akibat kenaikan harga BBM sebelumnya, tetap bergeming. Bahkan beberapa komoditas cenderung merangkak naik.
Beberapa hari lalu di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya, harga tomat dan wortel melonjak tajam di banding sayuran lain. Harga tomat yang biasa dijual Rp 4.000-5.000 per kg, menjadi Rp 9.000 per kg. Sedangkan wortel dari Rp 6.000 per kg menjadi Rp 15.000 per kg.
Bukan saja penurunan harga BBM yang tidak berpengaruh terhadap harga komoditas lain, saat batal naik pun tidak mempengaruhi harga barang di pasar yang sudah terlanjur naik. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, ketika itu tidak memberi peluang pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak pada 1 April 2012. Namun, para pedagang di pasar tidak mau menurunkan harga barang meskipun harga BBM batal naik.
Kondisi itu bisa menggambarkan betapa penurunan harga BBM tidak berpengaruh terhadap harga barang yang kini sudah terlanjur “sesuai” dengan harga BBM sebelumnya. Sekalipun bulan ini ada isu, pemerintah akan kembali menurunkan harga BBM bersubsidi mengikuti harga minyak dunia yang terus menurun.
Bukan saja harga sembilan kebutuhan pokok yang enggan turun. Tarif angkutan umum pun, hingga saat ini masih tetap. Sekalipun ada wacana akan ditinjau kembali, tetapi tanda-tandanya belum tampak.
Rupanya, imbas kenaikan harga BBM tempo hari sudah merambah ke mana-mana. Tarif angkutan umum saja selalu dikaitkan dengan harga onderdil yang sama-sama bergeming, seusai penurunan harga BBM.
Kondisi itu boleh jadi menyulitkan masyarakat. Tetapi bisa jadi justru menjadi titik balik. Senantiasa berdoa dan berikhtiar dengan keras. Selanjutnya tawakal.