Connect with us

Geliat Kuliner Tasik di Mata Kamera

Jurnalisme

Geliat Kuliner Tasik di Mata Kamera

 

wiskul2

Komunitas Wisata Kuliner Tasikmalaya, usai bedah kopi di Parcoffee

TASIK, PriLM – Potensi wisata kuliner Tasikmlaya nyatanya begitu besar dan beragam. Sejumlah hidangan khas Tasik tersebar dari mulai pelosok pedesaan hingga pusat kota seperti pertokoan dan mal.

Gagasan inilah yang merangsang sejumlah pecinta kuliner Kota Tasik untuk menggelar lomba foto wisata kuliner Tasikmlaya dalam sebulan ini.  Objeknya beragam, tidak terbatas menu hidangan mo­dern justru, menggali po­tensi makanan tradisional yang kemungkinan masih banyak orang kurang mengetahuinya.

Secara ekonomis, berwisata kuliner tidaklah harus me­rogoh kocek terlalu besar. Bahkan dengan keuangan se­adanya pun warga kota tasik telah bisa merasakan beragam menu kuliner dengan jutaan rasa. Bagi komunitas kuliner Tasik, surga makanan sesungguhnya terdapat disekitar rumah mereka. Tidak perlu jauh-jauh per­gi keluar kota untuk sekedar bisa mencicipi hal ini, karena nyatanya semua telah tersedia asalkan me­nge­tahui dan mau ‘hunting’ wisata kuliner.

Salahsatu pembuktian beragamnya jenis dan macam kuliner Tasik bisa terlihat ketika pengumuman lomba foto wisata kuliner dilaksanakan di RM Mie Baso Tegalega Jl. Rumah Sakit Umum, Jumat (26/02).

Sekitar 140 buah foto terkumpul dengan berbagai tema dan kreasi makanan. Penilaian yang cukup sulit bagi panitia yang melakukan penjurian. Pasalnya selain keaneka ragaman jenis ma­kanan, foto para peserta ini pun hampir semuanya diluar dugaan. Mereka mengum­pulkan foto kulinernya dengan berbagai kreasi dan sudut pandang gambar yang cukup membuat terkagum juri yang diketuai oleh Kankan dan Bale.

altMenurut penggagas lomba foto wisata kuliner, Teguh Nugraha, dasar diadakannya lomba foto kuliner merupakan niatan para pecinta kuliner Tasik melestarikan beragam menu yang ada di Tasikmlaya. Selain itu, pihaknya berharap visi Tasik sebagai sentral kuliner bisa terwujud. Tidak jarang kuliner tasik belum terangkat ketika mereka masih belum dikenal oleh masyarakatnya. “Kita ingin visi Tasik sebagai sentral kuliner terbesar di Priangan Timur menjadi ke­nyataan,” jelasnya.

Ditambahkan Teguh, suatu saat nanti kota Tasik sewajarnya memiliki tempat khusus untuk menampung beragan jenis kuliner ini. Sehingga masyarakat bisa dengan mudah menemukan me­nu idamannya, cukup dengan datang pada sebuah tempat khusus. Begitu pula dengan perlombaan foto kuliner, pihaknya setidaknya bisa menghimpun data best tentang keberadaan dan jenis kuliner yang kini tersedia. Bahkan kampanye kuliner semacam ini tidak hanya dilakukan komunitas ini saja dilapangan, lebih jauh mereka membuka website khusus dan menjaring anggota me­lalui jejaring sosial pertemanan.
“Setidaknya kita punya data lengkap kuliner yang ada. Bahkan melaui website, facebook dan buku,” ujarnya.

Dalam lomba foto kali ini, terdapat dua kategori lomba yakni foto jenis DSLR dan kamera poket atau HP. Setiap kelas lomba terdapat 3 pemenag unggulan, ditambah 5 pemenang pemenang paforit yang diambil dari kedua kelas ini. Di kelas Poket atau HP, juara pertama diraih oleh Aris Rasidi Dahlan (kang Zore), kedua oleh Yesi Ratih Yulianti dan ketiga oleh Aisna. Sementara di kelas foto DSLR, juara pertama direbut oleh Ryan Pramudya, juara dua oleh Fardiansyah Dian dan ketiga oleh RudymAn Hasari. Setiap pemenang disamping mendapatkan piagam penghargaan juga menperoleh uang jajang, yang bisa saja bisa mereka gunakan untuk melakukan wisata kuliner lagi.

Mengangkat Khas Tasik

altImaje melakukan wisata kulinet tidak selamanya harus merogok kocek begitu dalam. Bahkan dengan kemampuan keuangan terbatas pun dengan tempat ala­kadarnya, hal ini bisa dilakukan. Bahkan jika kita pandai memilih tempat kuliner, maka kita mendapat dua kali keuntungan. Selain menu nikmat, harga hemat pun dipastikan tetap menjaga keuangan anda.

Seperti halnya pemenang pertama lomba foto kuliner kelas poket atau HP, Aris Rasidi Fahlan (kang zore). Dengan bermodalkan kamera HP nokia 7210 saja, bisa membidik objek dimalam hari dengan suasana yang begitu hidup. Kuliner yang diangkat pun sederhana, yakni Surabi di perapatan Padayungan. Harganya yang hanya berkisar Rp 500 perbuah jelas tidak membutuhkan kocek besar. Ide awalnya pun datang spontan ketika dirinya pulang kerja dan kehujanan, lantas berteduh di warung surabi ini. “Saya mengangkat pedagang kecil, tukang surabi selama ini memang jarang diperhatikan namun saya kemas dalam bidikan berdeda,” ujarnya.

Begitu pula dengan pemenang pertama kelas DSLR, Ryan Pramudya. Ide Tasik sebagai surga baso mengarahkan pandanganya dari berratu kuliner lain yang ada. Temanya yakni mie Baso Sumatra di kawasan Jl. KHz Mustopa. Hal ini pun sama, kekhasan Kota Tasik yang diangkat sebanding dengan harganya yang tidaklah mahal. “Tasik terkenal dengan basonya, jadi saya ngangkat itu. Apalagi Baso ini memiliki khas citra rasa dan tampilan yang menggoda,” kata dia

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement
Advertisement WordPress.com
To Top