SUATU waktu berkunjung ke Yayasan Ruang Baca Komunitas (YRBK). Langsung disambut dengan hangat. Saya ingat. Ketua Yayasan, Bu Siti Maroah, pernah bertemu di SMAN 1 Banjar. Bu Siti menggawangi ekstrakurikuler jurnalistik. Suasana tak asing. Pertemuan di YRBK itu seperti deja vu.
Tiga tahun lalu, tepatnya, 4 April 2016, di sebuah garasi Ruang Baca Komunitas dideklarasikan. Masuk ke betulan Gang Asem di Jalan Dewi Sartika Kota Banjar. Saya turut menikmati bagaimana komunitas itu lahir. Kemudian dikukuhkan menjadi yayasan, 19 Desember 2016. Wali Kota hadir.
YRBK termasuk komunitas yang matang berorganisasi. Tertib. Legal formal diperkuat. Tak sedikit komunitas yang sampai saat ini mengabaikan legal aspek sekalipun gerakan sudah malang melintang. YRBK patut dicontoh. Menjajal gerakan selama 9 bulan. Langsung dikukuhkan. Yayasan. Sah.
Sebelum menjadi yayasan, RBK sudah menggelar aktivitas. Segar. Melabeli program dengan sebutan yang renyah. Umpamanya ada Disko (Diskusi Komunitas), CLBK (Ceritakan Lagi Bacaan Kamu), Ngobras (Ngobrol Santai), dan sebagainya. Serius tapi pop. Gampang melekat. Menyentuh kaum muda.
Sekretaris YRBK, Ivan Mahendrawanto, tampak energik. Menemani Ketua, Siti Maroah. Formasi lengkap. Ivan juga mengajar di SMAN 3 Kota Banjar. Duet berbagi gagasan, merancang program. Gerakan literasi dari Parunglesang, semakin berkembang. Gang Asem jadi sumbu literasi Kota Banjar.
Peran pendiri YRBK, Sofian Munawar juga menjadi faktor kunci. Dilatari pengalaman bermedia, menjalin komunikasi dan membangun jejaring bisa ditangani dengan baik. Menjalin komunikasi dengan sesama pegiat literasi, masyarakat, media, dan pemegang kebijakan, salah satu langkah penting.
Mengesankan. Pak Lurah selalu menjadi bagian dari kegiatan. Beberapa kali berkunjung ke YRBK, Pak Lurah selalu hadir. Bukan sekadar memberikan sambutan, tetapi terlibat aktif. Semangat. Pertanda menggembirakan. Literasi semestinya ditumbuhkan dari lingkungan masyarakat terkecil.
Sempat berpikir. YRBK tampaknya akan membangung kampung yang dihuni warga literat. Bukan semata melek huruf, tapi menjadi warga yang terbuka cakrawala berpikirnya. Memandang dari berbagai sisi. Tidak tergesa menyimpulkan. Memandang perkara tidak absolut. Menerima berbagai versi.
Lintasan pikiran itu muncul karena Lurah Banjar, Irfan Fauzi, selalu hadir di YRBK, setiap kegiatan penting berlangsung. Warga tampak antusias. Perhatian aparat setempat dan minat masyarakat bisa menjadi energi untuk membangun ekosistem literasi yang positif. Kampung literasi.
Lurah Banjar menjadi salah seorang pendiri YRBK, selain komponen lain masyarakat Kota Banjar. Di antaranya, A. Lukmanul Hakim (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan), Ajengan Suryana (MUI), Oyo Supena (Guru SMAN 1 Banjar), dan Ika Kartikawati (KPAD). Komposisi jejaring yang baik.
Semula deklarasi RBK (sebelum menjadi yayasan), akan digelar dengan senyap. Cukup mengundang Ketua RT 03 RW 08 Lingkungan Parunglesang, Dewon Sudarman. Namun, Ketua RT malah membocorkan rencana itu kepada lurah. Perjalanan eksistensial. Selorohnya sebagai kecelakaan sejarah.
Spontanitas. Murni tanpa rekaan. YRBK lahir lantaran dibutuhkan warga. Ruang komunitas sebagai tempat belajar warga di lingkungan itu. Suasana bergairah itu menandai lahirnya RBK, yang kemudian menjadi YRBK. Bukti keseriusan. Membangun wadah berkesinambungan. Tidak geledug ces.
Membangun komunitas melatih kesabaran. Perjalanan batin yang memerlukan penghayatan. Para pegiat pasti akan memahami. Civil organizer diturunkan menjadi event organizer. Kapasitas individu dipadukan dalam satu frekuensi. Hasilnya bisa mengejutkan. Pemberdayaan. Menggerakkan orang.
Selama tiga tahun YRBK menyalakan gerakan literasi. Senarai aktivitas memperkaya agenda. Enam literasi dasar digelorakan. Literasi baca tulis, numerasi, sains, literasi digital, finansial, literasi budaya dan kewargaan. Sayap terus dikembangkan. YRBK berkampanye merambah ke luar.
Sumbu gerakan dari Parunglesang itu dalam tempo singkat menjadi rujukan di Kota Banjar. Jejaring komunitas makin terjalin. Berbuah kepercayaan lembaga lain untuk bermitra. Sumbangan buku berdatangan. Kerjasama program berjalan. Menciptakan peristiwa literasi. YRBK diperhitungkan.
Berangkat dari dasar. Mengelola perpustakaan masyarakat. Kehadiran YRBK menjadi angin segar. Minat baca masyarakat mesti diprovokasi. Memperkuat kapasitas dengan berkoordinasi dengan pemangku kebijakan setempat. Termasuk konsultasi dengan Forum Taman Baca Masyarakat Jawa Barat.
Sejalan dengan gerakan literasi yang saat ini sedang digalakan pemerintah, YRBK melenggang. Gayung bersambut. Menempatkan diri dengan tepat pada bingkai gerakan kultural. Langkah itu sangat dibutuhkan saat ini. Mengajak masyarakat membaca, mencerna banyak peristiwa. Menuai hikmah.
Relevansi gerakan literasi dengan perkembangan mutakhir bangsa sangat erat. Informasi yang simpang siur mesti disikapi dengan bijak. Membaca persoalan dengan cover all side. Membaca kebenaran tidak absolut satu sisi. Tetapi memberi ruang terhadap versi lain. Kearifan berdialog.
Caina hérang laukna beunang. Ungkapan puitis yang diendapkan urang Sunda sejak lama. Gambaran masyarakat literat. Mengedepankan kualitas dialog, demi menyelesaikan persoalan. Karakter yang luhung itu kini nyaris tergerus. Kebebasan berujar di media sosial kebablasan dan sumpek.
YRBK hadir pada saat yang tepat. Kolam yang sudah keruh harus dibobol. Dikosongkan. Lumpur dibersihkan. Kemudian kembali diisi air yang jernih. Ruang baca komunitas laksana tempat refleksi. Menjaga keseimbangan berpikir. Bengkel untuk memperbaiki cara pandang. Berpikir positif.