REUNI jadi kata kunci. Waktu dan peristiwa yang sudah dilalui dibatinkan kembali dalam kenangan. Direkontruksi dari berbagai sisi pandang. Antara fakta dan imajinasi seperti mabuk asmara.
Sayup-sayup dialog masa silam antarkawan mengalir begitu saja. Diujarkan kembali dengan gembira. Sekalipun ketika itu sedang berperan jahat. Bolos sekolah, berantem, nyontek, dan prilaku bedebah lainnya mewarnai cerita penuh cinta.
Wali Kota Tasikmalaya, H. Budi Budiman saja menikmati kenangan pahit bersama Guru Fisika, Pak Yubhar. Nilainya tak pernah beranjak dari angka 4-5. Di depan ribuan alumni, malah jadi cerita indah. Semua tertawa. Selain menertawakan Wali Kota, juga menertawakan diri sendiri.
Walaupun nilai Fisika selalu apes, Wali Kota tetap bangga jadi alumni SMAN 2 Tasikmalaya. “Sekolah ini melahirkan lulusan unggul. Melahirkan calon pemimpin masa depan. Kontestasi Pilkada Kota Tasikmalaya tempo hari, tiga kandidatnya dari sekolah ini,” katanya berbinar-binar.
Bupati Ciamis, H. Iing Syam Arifin juga bertandang ke Zona Gold, area istimewa untuk para senior. Pertanda ajang reuni dipandang penting. Rela menanggalkan atribut, berbaur dan sejajar di tengah suasana bingar. Menghayati “nyaah ka babaturan, nyaah ka sakola, nyaah ka lembur”.
Reuni adalah terapi. Saat naik ke panggung, angin ribut kesombongan reda.
Sejatinya setiap orang sudi melucuti diri sendiri. Wali kota, bupati, politikus, pengusaha, aktivis, seniman, dan atribut sosok lain luruh. Semua pernah duduk bersama. Refleksi. Hidup terus berlanjut.