Diskusi terfokus ikhwal relevansi Soempah Pemoeda era milenial, digelar di Redaksi H.U. Kabar Priangan, Senin (29/10/2018).
Kesadaran kolektif masa lalu telah melahirkan komitmen bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa persatuan Indonesia.
Kesadaran itu kini diuji. Bangsa kita menghadapi ancaman yang berbeda. Bukan hanya invasi, tapi penetrasi ideologi dan budaya. Ketahanan pemuda bisa rapuh jika para pemuda tidak menyikapi gempuran musuh-musuh yang tidak tampak itu.
Apakah Sumpah Pemuda yang diikrarkan 90 tahun lalu masih relevan? Apakah Sumpah Pemuda masih diperlukan?
Menjalani Soempah Pemoeda pada era kekinian ketahanannya sangat berbeda. Hari ini bangsa kita menghadapi tantangan yang berat. Ancaman bisa bersifat ideologis.
Gaya hidup mulai dipengaruhi budaya yang tidak sejalan dengan kearifan lokal yang kita miliki. Lambat laun, bangsa kita tidak punya lagi ketahanan. Gejalanya sudah dirasakan, akhir-akhir ini, kita seperti tidak memiliki lagi persaudaraan.
Seringkali, respon kita berlebihan. Contoh kasus, LGBT sudah dianggap menjadi life style. Padahal gaya hidup menyimpang yang digulirkan oleh isme. Penyakit. Kalau dibiarkan bisa menggerogoti nilai-nilai.
Saat ini para pemuda harus menyikapinya dengan cara yang berbeda. Dulu musuhnya jelas. Sekarang tidak.
Ancaman lain yang paling mendasar saat ini adalah ketidakberdayaan pemuda secara ekonomi. Social empowering sangat penting. Bagaimana memberdayakan pemuda agar mampu bersaing pada era milenial. Tidak gagap mengarungi Revolusi Industri 4.0.
Kalau gagap, kita akan menjadi penonton di negeri sendiri.
)* Dewan Penasihat KNPI Kabupaten Tasikmalaya, Dr. H. Iwan Saputra, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olah raga, Drs. H. Asep Saeful Bahri, M.Si, Ketua dan Sekretaris DPD KNPI Kabupaten Tasikmalaya, Nana Sumarna dan Asep Azwar Lutfi, serta kawan-kawan dari OKP hadir dengan gembira.