Literasi Media

Informasi dan Berita

Published on

Courtesy 123rf.com

INFORMASI itu bahan baku. Bisa mencerminkan fakta atau cuma isapan jempol. Artinya informasi belum tentu layak ditulis menjadi berita.

Kaidah jurnalistik telah memasang rambu-rambu, apakah informasi layak ditindaklanjuti kemudian ditulis menjadi berita ataukah tidak.

Seorang pewarta akan mengukurnya dengan pertanyaan mendasar. Aktualkah informasi itu? Bisa dipertanggungjawabkankah fakta-faktanya? Pentingkah untuk diketahui? Bagaimanakah dampaknya?

Empat pertanyaan itu, bisa menjadi titik awal sang pewarta menulis berita.

Bila informasi yang diperoleh merupakan sesuatu yang baru, belum diketahui khalayak, dan belum disebarkan media massa, artinya informasi itu bisa dikembangkan lebih lanjut.

Kemudian diperkuat fakta-faktanya. Informasi yang tidak didasari dengan fakta, sama saja dengan karangan atau fiksi. Artinya tidak layak dikategorikan berita. Ihwal nilai berita juga penting diperhatikan. Berita harus signifikan, bermakna, dan  diperlukan demi kepentingan masyarakat.

Bila informasi itu telah memenuhi kriteria aktual, faktual, dan signifikan, tentu dampaknya akan dirasakan. Tidak sekadar memenuhi rasa ingin tahu semata, tetapi masyarakat bisa lebih memahami, mengerti persoalan, kemudian bersikap setelah disuguhi berita yang ditulis seorang pewarta. Berita harus mencerdaskan.

3 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version